Selasa, 28 Mei 2013

pembelajaran kompetensi kelulusan



PEMENUHAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN



Diberlakukannya UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, menempatkan madrasah setara dengan sekolah umum. Adanya kesetaraan tersebut, madrasah dituntut memiliki kualitas atau mutu yang sama dengan sekolah umum dalam segala aspeknya. Padahal untuk dapat memenuhi tuntutan kualitas atau mutu tersebut, minimal madrasah harus mampu memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada seluruh komponen yang ada.



SNP, merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Dikeluarkannya PP No.19 tahun 2005 tentang SNP, bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia termasuk di dalamnya pendidikan madrasah. Adapun fungsinya adalah sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Lingkup SNP meliputi delapan komponen pendidikan yaitu Standar Pengelolaan; Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; Standar Sarana Prasarana; Standar Pembiayaan; Standar Proses; Standar Isi; Standar Penilaian dan Standar Kompetensi Lulusan. Ke delapan standar tersebut menjadi syarat bagi semua satuan pendidikan termasuk madrasah.



Dari delapan komponen pendidikan di madrasah kenyataannya belum seluruhnya memenuhi SNP. Penelitian tahun 2008 berjudul "Madrasah dalam Pemenuhan Standar Layanan Minimal Pendidikan (Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menurut SNP) di MI dan MTs" hasilnya menunjukkan bahwa komponen pendidik dan tenaga kependidikan MI dan MTs yang terdiri dari guru, kepala dan pengawas, baru memenuhi SNP sebesar 72 % untuk guru, 74 % untuk kepala dan 66 % untuk pengawas. Penelitian tahun 2009 tentang "Kesiapan Madrasah dalam Pemenuhan SNP (Standar Pengelolaan Pendidikan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana Prasarana) di MTsN", menunjukkan bahwa MTsN baru memenuhi SNP sekitar 60 % untuk Standar Pengelolaan, 61 % untuk Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan dan 58 % untuk Standar Sarana Prasarana. Ini berarti bahwa madrasah belum memenuhi SNP pada tiga komponen tersebut.



Untuk memetakan kondisi madrasah dalam pemenuhan Standar Nasional Pendidikan secara keseluruhan. Penelitian yang pernah dilakukan baru melihat pada tiga komponen yaitu standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan dan standar sarana prasarana pada jenjang MTsN. Sedangkan Standar "Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (Standar Proses, Standar Isi, Standar Penilaian dan Standar Kompetensi Lulusan) di MTsN" belum pernah dilakukan sehingga belum diketahui sejauhmana madrasah telah memenuhi standar sesuai SNP pada empat komponen pendidikan tersebut. Rumusan permasalahan penelitian adalah sejauhmana tingkat Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan di MTsN yang meliputi Standar Proses, Standar Isi, Standar Penilaian dan Standar Kompetensi Lulusan.



Penelitian dilaksanakan di enam propinsi yaitu Nangro Aceh Darussalam (NAD), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan Gorontalo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai dengan pendekatan pendekatan kuantitatif.



Standar Proses Pembelajaran



Standar proses pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran. Pada tahap perencanaan proses pembelajaran menunjukkan bahwa MTsN masuk kategori cukup dengan rerata skor 3.0 atau sekitar 60 % memenuhi SNP. Dari empat pernyataan tentang perencanaan proses pembelajaran (pihak yang terlibat dalam pengembangan silabus, langkah-langkah pengembangan silabus, penjabaran mapel yang memiliki RPP dalam silabus dan mapel yang sesuai SK, KD dan indikatornya), kelemahan madrasah dari kemampuannya menjabarkan mapel dalam silabus dan keberadaan mapel yang belum sesuai dengan SK, KD dan indikator. Hasil ini menunjukkan bahwa madrasah hingga saat ini belum memiliki kemampuan dalam mengimplementasikan KTSP, karena hasil penelitian menunjukkan bahwa madrasah masih lemah dalam menyusun RPP dan silabus.



Dalama tahap pelaksanaan proses pembelajaran menunjukkan bahwa MTsN mencapai kategori cukup dengan rerata skor 3.1 atau sekitar 62 % memenuhi SNP. Rerata skor yang diperoleh dalam pelaksanaan proses pembelajaran berkisar antara 2.8 sampai 3.3. Dari tiga pernyataan tentang pelaksanaan proses pembelajaran, kelemahan madrasah terlihat dari kemampuannya dalam memenuhi persyaratan dalam proses pembelajaran seperti jumlah maksimal peserta didik perkelas yang belum ideal (ada yang terlalu banyak karena kekurangan ruang kelas dan ada yang terlalu sedikit karena kurang input siswa), beban mengajar maksimal perpendidik yang juga belum ideal (guru mengajar dalam jumlah jampel yang tidak tertentu karena kekurangan tenaga pendidik) dan rasio maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik yang tidak seimbang karena keterbatasan tenaga pendidik. Disamping itu budaya baca juga masih kurang, karena sebagian madrasah masih ada yang belum memiliki perpustakaan dan kelengkapan bahan ajar.



Pada aspek penilaian hasil pembelajaran menunjukkan bahwa MTsN mencapai kategori kurang dengan rerata skor 2.9 atau sekitar 58 % memenuhi SNP. Adapun rerata skor yang diperoleh dari penilaian hasil pembelajaran berkisar antara 2.6 sampai 3.2. Dalam pelaksanaan penilaian, madrasah masih memiliki kekurangan dalam hal menetapkan kriteria dalam penentuan KKM (karena kondisi siswa yang heterogen baik dalam kemampuan maupun minat belajar) dan pelibatan guru-guru lain dalam penilaian khususnya terkait dengan penilaian afeksi (karena keterbatasan waktu yang dimiliki guru lain, karena telah mengajar dalam jumlah jampel yang melebihi ketentuan).



Sedngkan hasil terhadap pengawasan proses pembelajaran menunjukkan bahwa pengawasan proses pembelajaran yang dilakukan MTsN sasaran penelitian mencapai kategori kurang dengan rerata skor 2.6 atau sekitar 52 % memenuhi SNP. Adapun rerata skor berkisar antara 2.1 sampai 2.8. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengawasan proses pembelajaran di madrasah masih terlihat sangat lemah.



Standar Isi (kurikulum) Pembelajaran



Standar Isi Pembelajaran terdiri dari tiga variabel yaitu kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar dan kalender akademik. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang diterapkan di MTsN sasaran penelitian mencapai kategori kurang dengan rerata skor 2.8 atau sekitar 56% yang memenuhi SNP. Hal ini mengindikasikan bahwa kerangka dasar dan struktur kurikulum yang diterapkan di MTsN belum sesuai SNP. Pada aspek beban belajar yang diterapkan di MTsN termasuk kategori cukup dengan rerata skor 3.1 atau sekitar 62% memenuhi SNP. Sedangkan dalam penyusunan kalender akademik di MTsN sasaran penelitian mencapai kategori cukup dengan rerata skor 3.1 atau sekitar 62 % memenuhi SNP. Ini berarti bahwa penyusunan kalender akademik di MTsN telah sesuai SNP. Dari dua pernyataan dalam indikator kalender akademik yaitu teknik penyusunan dan jadwal yang tersusun, satu indikator yaitu teknik penyusunan kalender akademik masuk kategori cukup dengan skor 3.3 dan satu indicator masuk kategori kurang dengan skor 2.9.



Standar Penilaian Pembelajaran



Standar Penilaian Pendidikan yang dilihat dalam penelitian meliputi tiga variabel yaitu prinsip-prinsip penilaian; teknik dan instrumen penilaian; mekanisme dan prosedur penilaian. Indikator prinsip-prinsip penilaian dalam pembelajaran meliputi tujuh prinsip yaitu valid, obyektif, adil, terpadu, transparan, menyeluruh, sistematis dan akuntabel. Dari tujuh prinsip penilaian tersebut, terlihat bahwa penilaian yang dilakukan di sebagian MTsN belum menggunakan ketujuh prinsip tersebut secara maksimal. Ini terlihat dari hasil penelitian bahwa prinsip-prinsip penilaian yang dilakukan madrasah mencapai kategori kurang dengan rerata skor 2.7 atau baru sekitar 54 % memenuhi SNP.



Pada aspek teknik dan instrumen penilaian pembelajaran yang diterapkan di MTsN masuk kategori kurang dengan rerata skor 2.8 atau 56 % memenuhi SNP. Ini berarti bahwa dalam melakukan penilaian, MTsN belum menggunakan teknik dan instrumen penilaian pembelajaran dengan berpedoman pada SNP secara maksimal, sehingga hasilnya juga kurang maksimal atau kurang baik.



Sedangkan pada aspek mekanisme dan prosedur penilaian yang dilakukan madrasah masuk kategori kurang dengan skor 2.6 atau baru 52% memenuhi SNP. Ini berarti bahwa mekanisme dan prosedur penilaian pembelajaran di madrasah belum memenuhi SNP secara maksimal. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa mekanisme dan prosedur penilaian yang dilakukan madrasah selama ini belum sepenuhnya mengacu pada standar nasional pendidikan, sehingga dalam melakukan penilaian, sebagian besar guru tidak mengawali dengan melakukan perencanaan dengan menyusun kisis-kisi yang dikembangkan dalam instrument serta kurang melibatkan guru dan pihak lain dalam melakukan penilaian terutama penilaian afektif. Penilaian afektif, masih dianggap kurang terlalu penting dibandingkan dengan penilaian kognitif dan psikomotor, padahal untuk pelajaran tertentu seperti pelajaran agama dan akhlak mulia serta kewragnegaraan. Untuk mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar, tiga ranah tersebut sama pentingnya menjadi pertimbangan.



Stadar Kompetensi Lulusan



Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah meliputi dua variabel yaitu : a). SKL minimal kelompok mapel dan b). SKL minimal mata pelajaran. Indikator SKL Kelompok Mata Pelajaran terdiri dari kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; kewarganegaraan dan kepribadian; ilmu pengetahuan dan teknologi; estetika; penjaskes-OR. Hasilnya menunjukkan bahwa SKL kelompok mapel masuk kategori kurang dengan rerata skor 2.6 atau 52 % memenuhi SNP.



Dari enam pernyataan tentang SKL kelompok mapel (kegiatan kelompok Mapel Kewarganegaraan dan kepribadian dalam satu minggu, kegiatan kelompok Mapel agama dan akhlak mulia dalam satu minggu, kegiatan kelompok Mapel ilmu pengetahuan dan teknologi dalam satu minggu, kegiatan menganalisis gejala alam dan sosial dalam satu minggu, kegiatan pengembangan prestasi olahraga dalam satu minggu dan ata-rata nilai ketuntasan kelompok mata pelajaran IPTEK), kelemahan paling menonjol terlihat pada kemampuan siswa dalam menganalisis gejala alam dan sosial serta rendahnya nilai kelompok mata pelajaran IPTEK. Menurut sebagian guru, kelemahan ini terjadi karena rendahnya dukungan sarana prasarana yang dimiliki madrasah dalam menunjang pembelajaran IPTEK. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian tahun lalu tentang stándar sarana prasarana bahwa madrasah memiliki dukungan sarana-prasarana pembelajaran khususnya sarana prasarana laboratorium yang masih sangat rendah.



Indikator SKL Mata Pelajaran terdiri dari mata pelajaran pendidikan agama Islam; bahasa Indonesia; bahasa Inggris; matematika; IPA; IPS; seni (budaya, musik, tar teater); pejaskes dan olahraga; keterampilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SKL mata pelajaran masuk kategori sangat kurang dengan rerata skor 2.7 atau 54 % memenuhi SNP.



Dari limabelas pernyataan tentang SKL mapel (Pengamalan ajaran agama bersifat afektif dalam satu tahun, pembiasaan menghargai keragaman agama, suku, ras dan golongan sosial ekonomi dalam satu tahun, pembentukan akhlak mulia melalui pengembangan diri dalam satu tahun, mengekspresikan diri dalam bentuk seni dan budaya dalam satu tahun, pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung-jawab dalam 1 tahun, membuat karya tulis ilmiah dalam satu tahun, menghasilkan karya kreatif individual dalam satu tahun, menumbuhkan sikap percaya diri dan tanggungjawab dalam satu tahun, menumbuhkan sikap kompetitif untk memperoleh hasil terbaik dalam satu tahun, pelibatan siswa dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam satu tahun, pembentuk karakter, menumbuhkan rasa sportivitas dan kebersihan lingkungan dalam satu tahun, meningkatkan penguasaan pengetahuan guna melanjutkan ke jenjang PT, meningkatkan pengembangan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inisiatif, persentase jumlah siswa yang lulus UN tahun 2009 dan mata pelajaran yang memiliki nilai prestasi lebih tinggi dari rata-rata UN) ada tiga pernyataan yang merupakan kelemahan madrasah yaitu membuat karya tulis ilmiah dalam satu tahun, pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan dan meningkatkan pengembangan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inisiatif melalui berbegai kegiatan diskusi.



Kesimpulan



Penelitian tentang Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (Standar Proses, Isi, Penilaian dan Kompetensi Lulusan), hasilnya menunjukkan bahwa ke 4 Standar Nasional Pendidikan di MTsN masuk kategori kurang dengan rerata skor 2.9 atau 58% yang memenuhi SNP. Dari empat variable SNP (Standar Proses, Standar Isi, Standar Penilaian dan Standar Kompetensi Lulusan), diperoleh rentangan skor antara 2.7 dan tertinggi 3.0.



Pada Standar Proses yang dilihat melalui empat indikator yaitu perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran, hasilnya menunjukkan bahwa madrasah belum memenuhi SNP dan masuk kategori kurang dengan skor 2.8 atau 56% memenuhi SNP. Pada komponen Standar Isi yang dilihat melalui tiga indikator yaitu kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar dan kalender akademik, hasilnya menunjukkan bahwa madrasah telah memenuhi SNP dan masuk kategori cukup dengan skor 3.0 atau 60% memenuhi SNP.



Pada komponen Standar Penilaian yang dilihat melalui tiga indikator yaitu prinsip-prinsip penilaian, teknik dan instrumen penilaian serta mekanuisme dan prosedur penilaian, hasilnya menunjukkan bahwa madrasah belum memenuhi SNP dan masuk kategori kurang dengan skor 2.7 atau 54% memenuhi SNP.



Pada komponen Standar Kompetensi lulusan yang dilihat melalui dua indicator yaitu SKL minimal kelompok mapel dan SKL minimal mapel, hasilnya menunjukkan bahwa Standar kompetensi Lulusan di MTsN masuk kategori kurang dengan rerata skor 2.7 atau 54% memenuhi SNP.



Rekomendasi



Mengingat sampai saat ini sebagian besar madrasah belum memenuhi standar sesuai dengan SNP dilihat melalui empat komponen pendidikan yaitu standar proses, standar isi, standar penilaian dan standar kompetensi lulusan, maka direkomendasikan kepada Dirjen Pendis Departemen Agama selaku instansi yang berwenang melakukan pembinaan terhadap madrasah, dengan segera dilakukannya kebijakan-kebijakan yang mampu meningkatkan madrasah menuju "Madrasah Berstandar Nasional", dengan langkah-langkah sebagai berikut :



a. Melakukan pembinaan yang lebih intensif terhadap pengelola madrasah terutama para guru menyangkut peningkatan pengetahuan dan keterampilan, melalui berbagai diklat tentang proses pembelajaran, kurikulum, penilaian dan teknis peningkatan kompetensi lulusan.



b. Memberikan anggaran yang memadai kepada madrasah guna melakukan berbagai kegiatan pengembangan SDM, guna meningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan proses pembelajaran, pengembangan kurikulum, penilaian dan meningkatkan kompetensi lulusan.



c. Menghidupkan dan menggerakkan MGMP dengan memberikan bantuan pendanaan memadai yang berguna untuk melakukan berbagai kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan SDM.



d. Meningkatkan sarana prasarana madrasah baik secara kualitas dan kuantitas untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran dan berorientasi pada pencapaian standar nasional pendidikan.




pembekalan life skil di sekolah


Life Skill Dasar Bagi Anak Usia Dini\

Pendidikan anak usia dini berperan penting dalam membentuk kepribadian anak sebelum ia memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Keberadaan seseorang di masa yang akan datang akan sangat ditentukan oleh pendidikan yang didapatnya pada saat ia berusia dini. Karena bagaimana pun, anak yang berada pada rentang usia 0 – 7 tahun (usia dini) memiliki kecerdasan dan kemampuan yang luar biasa dibanding dengan usia di atasnya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh beberapa ahli pendidikan anak bahwa usia dini adalah masa golden age (masa keemasan).
Karena itu, merupakan sebuah keharusan bagi orang tua di manapun untuk mengoptimalkan masa usia dini putera-puterinya dengan pembelajaran yang holistik (menyentuh berbagai aspek; fisik, sosio emosional, bahasa, daya pikir, dan daya cipta). Sebagai contoh, orang tua secara rutin memberikan berbagai stimulus (rangsangan) agar anak mau berjalan tanpa harus terus digendong (untuk anak usia 1-2 tahun). Selain itu, orang tua juga tidak keberatan bila temboknya penuh coretan oleh anak yang sedang masa-masanya ingin menulis dan menggambar. Dan yang perlu diperhatikan oleh setiap orang tua adalah berusaha untuk selalu tanggap terhadap apa-apa yang dikemukakan oleh anak, apakah itu keluhan, pertanyaan, dan lain sebagainya.
Terkait dengan keharusan pendidikan diterapkan sejak usia dini, bahkan jauh sebelumnya yaitu sejak dalam kandungan (prenatal education), anak diharapkan memiliki pemahaman terhadap apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang dialaminya. Sebagai contoh, anak usia empat tahun diajari oleh orang tuanya untuk mampu menghafalkan do’a. Mulai dari do’a bangun tidur sampai do’a setelah makan. Dengan masa keemasan yang dimilikinya, maka anak akan secara mudah menghafalkan setiap do’a yang diberikan oleh orang tuanya itu. Bahkan kemampuan menghafalnya jauh lebih cepat dibanding kemampuan menghafal orang dewasa.
Orang tua akan sangat bangga jika anaknya menguasai hafalan do’a-do’a harian. Namun tidak bisa dipungkiri, bila ternyata setelah beberapa tahun kemudian, hafalan do’a yang telah dikuasainya itu tak ada satu pun yang menempel. Kasus semacam ini tidak jarang terjadi di banyak keluarga.
Sebagai orang tua, baik di rumah maupun di sekolah, tentu saja kita harus tanggap terhadap keadaan demikian. Karena bagaimanapun, baik orang tua maupun guru di sekolah adalah cermin yang setiap saat diteladani oleh anak. Apa yang kita ucapkan, apa yang kita perbuat, dan apa yang kita lakukan akan terekam kuat dalam memori anak-anak kita sampai mereka berusia dewasa sekalipun.
Faktor yang menyebabkan terjadinya kasus yang dikemukakan di atas, salah satunya adalah karena tidak adanya pembelajaran atau pembekalan life skill dari orang tua kepada anaknya, atau dari guru kepada muridnya. Dengan adanya life skill (kecakapan hidup), pembelajaran yang diperoleh anak tidak sekadar kegiatan mentransfer apa yang dikuasai oleh orang tua. Namun lebih jauh, anak akan memahami esensi dari apa yang dibelajarkan oleh orang tua kepada mereka. Contoh sederhana, ketika anak memahami apa itu do’a dan mengapa mereka harus berdo’a, maka anak kita akan menganggap do’a sebagai sebuah kebutuhan. Bukan suatu yang cukup hanya dihafalkan. Bahkan bukan sebagai beban. Sehingga mereka tidak harus bersusah payah menghafalkan. Akan tetapi, seiring dengan kebiasaan berdo’a yang dilakukannya, maka sampai kapan pun anak akan tetap hafal dengan do’a-do’anya, bahkan lebih jauh lagi, mereka akan paham terhadap apa yang dibacakannya itu.
Adapun beberapa contoh lain yang bisa kita optimalkan untuk membangun keterampilan life slill pada anak-anak kita, misalnya : pada saat anak kita belajar matematika, yang ada di pikiran kita biasanya bagaimana mengenalkan angka pada anak. Kemudian dengan mudahnya kita membelajarkan mereka dengan penambahan dan pengurangan. Padahal, bila kita mau menjadi orang tua kreatif hanya dengan menggunakan fasilitas yang ada, kita bisa mengajak mereka bekerja di dapur bersama kita (untuk anak perempuan). Bahkan ketika kita tengah memotong tempe sekalipun, ketika itulah pembelajaran life skill berlangsung. Anak bisa mengetahui objek secara langsung dan bisa menghitungnya satu demi satu setiap potongan tempe yang hendak kita goreng. Setelah itu, anak pun paham dengan konsep bilangan yang telah dikuasainya.
Dalam kaitannya dengan perkembangan anak usia dini, life skill merupakan modal yang akan menopang tumbuh kembang anak. Dengan adanya pembekalan life skill sejak anak usia dini, maka dapat dipastikan bahwa ketika anak masuk ke jenjang yang lebih tinggi, atau ketika anak sudah mencapai usia dewasa, maka life skill yang dimilikinya akan senantiasa diberdayakan dan dioptimalkan. Hal ini sebagaimana diungkapkan sebelumnya bahwa pendidikan anak usia dini merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan pada masa berikutnya. Hal ini dapat diartikan bahwa jika orang sudah dibiasakan life skillnya terasah sejak usia dini, sangat memungkinkan baginya untuk tetap memiliki life skill yang terasah.
Selain itu, dengan diterapkannya pendidikan berbasis life skill, dengan sendirinya pendidikan tersebut akan lebih substansif dan bermakna. Pendidikan benar-benar bukan sekadar transformasi pengetahuan atau wawasan yang dimiliki oleh orang tua kepada anaknya.
Dengan adanya pembelajaran life skill pula, maka anak akan terbiasa akan melalui proses-proses pemikiran yang tinggi, termasuk didalamnya berpikir kreatif. Hal ini sebagaimana terjadi di negara Barat, dimana Guilford (1950) dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden American Psychological Association, menyatakan bahwa :
Keluhan yang paling banyak saya dengar mengenai lulusan perguruan tinggi kita ialah bahwa mereka cukup mampu melakukan tugas-tugas yang diberikan dengan menguasai teknik-teknik yang diajarkan, namun mereka tidak berdaya jika dituntut memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara baru.
Dengan demikian, tidak salah bagi kita untuk memberi bekal life skill dalam pendidikan anak usia dini, karena secara tidak langsung kita telah melatih anak kita untuk berpikir secara kreatif. Adapun kelebihan lain dari pembekalan life skill yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya atau oleh guru kepada muridnya, secara tidak langsung kecerdasan majemuk yang dimiliki anak akan berkembang dengan baik. Kecerdasan yang berkembang pada diri anak tidak terbatas pada kecerdasan yang bersifat matematis (Intellegence Quotions), namun kecerdasan-kecerdasan selain kecerdasan matematis pun, seperti kecerdasan emosional (emotional intelligence), kecerdasan musikal (music intellegence), kecerdasan linguistik (lingistic intellegence), kecerdasan intrapersonal (self intellegence), kecerdasan antarpersonal (people intellegence), dan kecerdasan naturalis (natuel intellegence), sangat potensial untuk berkembang.
Sebagai contoh, ketika suatu saat anak dihadapkan pada suatu permasalahan, misalnya kesulitan dalam memecahkan soal hiitungan. Dengan bekal life skill, dapat dipastikan bahwa anak tersebut mampu memecahkan soal yang dihadapinya, karena ia tidak sekadar memberdayakan kecerdasan logis matematisnya saja, namun kecerdasa intrapersonal pun turut berkontribusi dalam bentuk penguasaan dan pengendalian emosi.
Selain itu, dengan bekal life skill, perkembangan kemampuan bahasa anak juga akan berkembang dengan baik. Adapun salah satu tugas perkembangn bahasa yang dilalui anak adalah kegiatan membaca. Dengan demikian, ketika kemampuan bahasanya berkembang dengan baik, sangat potensial bagi anak untuk gemar membaca. Sementara dengan kemampuan life skill yang dimilikinya, maka anak akan menganggap kegiatan membaca sebagai suatu kebutuhan. Ia akan paham bahwa kegiatan membaca itu bermanfaat.
Selanjutnya, bila kita telusuri kelebihan-kelebihan lain yang didapatkan dari penguasaan life skilll, sebetulnya banyak sekali. Semua orang tua dan guru pasti akan membuktikan seberapa besar kontribusi penguasaaan life skill terhadap tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, tidak ada kata terlambat bagi kita untuk mengupayakan anak-anak kita agar terbiasa melakukan pembelajaran yang berbasis life skill. Karena bagaimanapun, masa yang dimiliki oleh anak usia dini adalah masa yang fundamental dalam kehidupannya. Apa yang diterapkan oleh orang tua pada masa anak berusia dini, akan membekas bagi anak untuk dibawa sampai masa yang akan datang.

listrik statis


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Pada saat hujan turun, pernahkah Anda melihat petir? Petir adalah peristiwa alam yang sangat berbahaya dan ditakuti semua orang, karena petir menimbulkan kilatan cahaya yang diikuti dengan suara dahsyat di udara. Apabila seseorang tersambar petir, maka tubuh orang tersebut akan terbakar. Akibat berbahayanya petir, maka gedung-gedung bertingkat yang cukup tinggi dilengkapi dengan penangkal petir. Apa yang menyebabkan terjadinya petir? Mengapa gedung-gedung bertingkat yang tinggi dilengkapi dengan penangkal petir?
Ledakan petir merupakan contoh nyata keberadaan listrik. Petir merupakan hasil pelepasan muatan listrik di awan. Energi yang dilepaskan petir sangat besar sehingga menimbulkan cahaya panas dan bunyi gelegar yang sangat keras. Tahukah anda bahwa besarnya tegangan listrik yang berasal dari petir dapat menghidupkan jutaan kendaraan? Kehidupan manusia sering terhubung dengan listrik. Dapatkah anda bayangkan, bagaimana kehidupan di bumi jika tidak ada listrik? Dari manakah listrik ini berasal?

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu Listrik Statis?
2.      Apa perbedaan atom netral, positif dan negatif?
3.      Apa sifat-sifat muatan listrik?
4.      Apa yang dimaksud Hk. Columb?
5.      Bagaimana arah garis gaya listrik?
6.      Bagaimana peranan Listrik Statis dalam kehidupan sehari-hari?



C.    Tujuan
1.      Mendefenisikan Listrik Statis.
2.      Menjelaskan perbedaan atom netral, positif dan negatif.
3.      Menjelaskan sifat-sifat muatan listrik.
4.      Menjelaskan bunyi hk. Columb.
5.      Mendeskripsikan arah garis gaya liatrik.
6.      Menyebutkan manfaat dan penggunaan Listrik Statis dalam kehidupan sehari-hari.





















BAB 2
PEMBAHASAN


A.    Pengertian
Listrik Statis(electrostatic) membahas muatan listrik yang berada dalam keadaan diam (statis). Listrik statis dapat menjelaskan bagaimana sebuah penggaris yang telah digosok-gosokkan ke rambut dapat menarik potongan-potongan kecil kertas. Gejala tarik menarik antara dua buah benda seperti penggaris plastik dan potongan kecil kertas dapat dijelaskan menggunakan konsep muatan listrik. Berdasarkan konsep muatan listrik, ada dua macam muatan listrik, yaitu muatan positif dan muatan negatif.

B.     Susunan Atom
Thales Militus, seorang ilmuwan Yunani, menemukan gejala listrik yang diperoleh dengan menggosok batu ambar, yang dalam bahasa Yunani disebut elektron. Setelah digosok ternyata batu ambar tersebut dapat menarik benda-benda kecil yang berada di dekatnya. Sifat seperti ini dalam ilmu listrik disebut elektrifikasi.
Listrik yang terjadi pada batu ambar yang digosok disebut listrik statis yaitu listrik yang tidak mengalir. Untuk lebih jelasnya mari kita pelajari susunan atomnya.

Teori Atom
Suatu zat terdiri atas partikel-partikel kecil yang disebut atom. Atom berasal dari kata atomos, yang artinya tidak dapat dibagi-bagi lagi. Tetapi, dalam perkembangannya ternyata atom ini masih dapat diuraikan lagi.
Listrikstatis1.jpg
Gbr. 1 susunan atom
Atom terdiri atas dua bagian, yaitu inti atom dan kulit atom. Inti atom bermuatan positif, sedangkan kulit atom terdiri atas partikel-partikel bermuatan negatif yang disebut elektron.
Inti atom tersusun dari dua macam partikel, yaitu proton yang bermuatan positif dan netron yang tidak bermuatan(netral).
ü  Suatu atom dikatakan netral apabila di dalam intinya terdapat muatan positif(proton) yang jumlahnya sama dengan muatan negatif (elektron) pada kulitnya.
ü  Suatu atom dikatakan bermuatan positif apabila jumlah muatan positif(proton) pada inti lebih banyak daripada muatan negatif(elektron) pada kulit atom yang mengelilinginya.
ü  Suatu atom dikatakan bermuatan negatif apabila jumlah muatan positif(proton) pada inti lebih sedikit daripada jumlah muatan negatif(elektron) pada kulit atom.
Listrikstatis2.jpg
Gbr. 2 macam macam atom
Atom yang paling sederhana adalah atom hidrogen yang hanya tersusun atas 1 proton dan 1 elektron. Karena jumlah proton dan elektronnya sama, maka atom hidrogen dikatakan sebagai atom netral.
Atom helium terdiri atas 2 proton, 2 netron dan 2 elektron. Karena jumlah proton dan jumlah elektronnya sama, maka atom helium juga dikatakan sebagai atom netral.
Listrikstatis3.jpg
Gbr. 3 contoh atom hidrogen dan helium
C.    Benjamin FranklinMuatan Listrik
Apakah seluruh muatan listrik sama? Atau mungkinkah terdapat lebih dari satu jenis? Jenis Muatan Listrik. Benjamin Franklin orang Amerika, Ia seorang saintis, seorang filosuf, (1706-1790) menyatakan  ada dua muatan lisrik :
1)      Text Box: Benjamin FranklinMuatan listrik positif
2)      Muatan listrik negatif
Sifat Muatan Lisrik:
·         Dua muatan yang sejenis apabila didekatkan maka akan tolak menolak
·         Dua muatan yang tidak sejenis apabila didekatkan maka akan tarik menarik
Listrikstatis4.jpg
Gbr 4. Sifat muatan listrik

Hukum Kekekalan Muatan
Listrikstatis7.jpg
Text Box: Gbr. 5 contoh listrik statisBenjamin Franklin mengusulkan bahwa “jumlah muatan yang dihasilkan oleh suatu benda melalui suatu proses penggosokan, adalah sama dengan jumlah muatan positif dan negatif yang dihasilkan. Jumlah bersih muatan yang dihasilkan oleh suatu benda selama proses penggosokan adalah nol”. Contoh, ketika penggaris plastik digosok dengan kain wol, plastik memperoleh muatan negatip dan kain wol memperoleh muatan positip dengan jumlah yang sama. Muatan-muatan tersebut dipisahkan, namun jumlah kedua jenis muatan adalah sama. Ini adalah contoh dari suatu hukum yang berlaku sampai sekarang, yang dikenal dengan nama hukum kekekalan muatan listrik yang berbunyi:


Text Box: Jumlah bersih muatan listrik yang dihasilkan pada dua benda yang berbeda (penggaris plastik dan kain wol) dalam suatu proses penggosokan adalah nol.
 



Jika suatu benda atau suatu daerah ruang memperoleh muatan positif, maka akan dihasilkan sejumlah muatan negatif dengan jumlah yang sama pada daerah atau benda di sekitarnya.


Cara Memperoleh Muatan Listrik
Bila sebuah benda logam bermuatan positif disentuhkan dengan benda logam lain yang tidak bermuatan (netral), maka elektron-elektron bebas dalam logam yang netral akan ditarik menuju logam yang bermuatan positif tersebut sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 6. Karena sekarang logam kedua tersebut kehilangan beberapa elektronnya, maka logam ini akan bermuatan
Gambar 6 Batang logam netral memperoleh muatan ketika
disentuh dengan benda logam lain yang bermuatan.

positif. Proses demikian disebut memuati dengan cara konduksi atau dengan cara kontak, dan kedua benda tersebut akhirnya memiliki muatan dengan tanda yang sama. Bila benda yang bermuatan positip didekatkan pada batang logam yang netral, tetapi tidak disentuhkan, maka elektron-elektron batang logam tidak meninggalkan batang, namun elektron-elektron tersebut bergerak dalam logam menuju benda yang bermuatan, dan meninggalkan muatan positip pada ujung yang berlawanan, seperti diperlihatkan pada Gambar 7.
Gambar 7 Memberi muatan dengan jalan induksi

Muatan tersebut dikatakan telah diinduksikan pada kedua ujung batang logam. Proses demikian disebut memuati dengan cara induksi. Tentu saja tidak ada muatan yang dihasilkan dalam batang; muatan hanya dipisahkan. Jumlah muatan pada batang logam masih sama dengan nol. Meskipun demikian, jika dipotong menjadi dua bagian, kita akan memiliki dua benda yang bermuatan, satu bermuatan positip dan yang lain bermuatan negatip.
Cara lain untuk menginduksi muatan pada benda logam adalah dengan jalan menghubungkan logam tersebut menuju ground melalui kawat konduktor sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8a ( berarti ground). Selanjutnya benda dikatakan di “ground-kan” atau “dibumikan”. Karena bumi sangat besar dan dapat menyalurkan elektron, maka bumi dengan mudah dapat menerima ataupun memberi elektron-elektron; karena itu dapat bertindak sebagai penampung (reservoir) untuk muatan. Jika suatu benda bermuatan negatip didekatkan ke sebuah logam, maka electron-elektron bebas dalam logam akan menolak dan beberapa electron akan bergerak menuju bumi melalui kabel (Gambar 6b).
Gambar 8. Induksi muatan pada suatu benda yang
dihubungkan ke bumi.

Ini menyebabkan logam bermuatan positif. Jika sekarang kabel dipotong, maka logam akan memiliki muatan induksi positif (Gambar 8c).

D.    Interaksi Benda Bermuatan Listrik
1)      Ketika penggaris plastik digosok dengan kain wool, maka elektron-elektron dari kain wool berpindah ke penggaris plastik, sehingga penggaris plastik tersebut bermuatan listrik negatif.
2)      Ketika ebonit digosok dengan kain wool, maka elektron-elektron dari kain wool berpindah ke ebonit, sehingga ebonit tersebut bermuatan listrik negatif.
3)      Ketika batang kaca digosok dengan kain sutera, elektron-elektron pada batang kaca tersebut berpindah ke kain sutera, sehingga batang kaca bermuatan positif
Sesuai dengan hasil percobaan dua jenis muatan listrik. Ketika penggaris plastik kedua yang telah dimuati dengan cara yang sama didekatkan pada penggaris plastik pertama, penggaris pertama bergerak menjauhi penggaris kedua. Peristiwa ini ditunjukkan pada Gambar 9a. Ketika batang kaca kedua yang telah dimuati dengan cara yang sama didekatkan pada batang kaca pertama, batang kaca kedua juga bergerak menjauhi batang kaca pertama. Peristiwa ini ditunjukkan pada Gambar 9b. Tetapi, jika batang kaca yang bermuatan didekatkan pada penggaris plastik yang bermuatan, akan didapatkan bahwa keduanya akan saling menarik, Gambar 9c.
Gbr 9. Interaksi benda nermuatan listrik

E.     Hukum Coulomb
Listrikstatis5.jpgPada tahun 1785, Charles Agustin Coulomb menemukan hukum dasar tentang gaya listrik antara dua partikel yang bermuatan.
Hasil penelitiannya dikenal dengan Hukum coulomb, yang berbunyi :
“Besarnya gaya tarik menarik atau tolak menolak antara dua benda bermuatan listrik sebanding dengan besar muatan masing-masing dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda”.
Charles Agustin Coulomb
 
Secara matematis Hukum Newton dituliskan :
Listrikstatis6.jpg
Keterangan :
F          = Gaya tarik/tolak dua buah muatan (N)
K         = Konstanta (9.109 N.m2/C2)
Q1, Q2            = muatan listrik (C)
r           = jarak antara dua muatan (m)

SATUAN MUATAN
Muatan suatu benda sangat sulit diukur secara langsung. Akan tetapi, Coulomb menunjukkan bahwa besarnya muatan dapat dikaitkan dengan besarnya gaya. Dengan demikian, ia dapat menentukan besarnya muatan yang terkait dengan besarnya gaya yang dihasilkan. Satuan muatan dalam SI adalah coulomb (C). Satu coulomb adalah muatan dari 6,25 x 1018 elektron atau proton. Ingat bahwa muatan proton dan elektron adalah sama. Muatan yang dihasilkan ledakan petir besarnya sekitar 10 coulomb. Muatan pada satu elektron hanya 1,60 x10-19 C. Besarnya muatan suatu elektron disebut muatan elementer. Dengan demikian, benda sekecil apapun seperti uang logam pada saku anda mengandung lebih dari satu juta coulomb muatan negatip. Muatan yang dihasilkan dengan jumlah yang sangat besar ini hampir tidak ada efek eksternalnya sebab diimbangi dengan jumlah muatan positip yang sama. Akan tetapi jika muatan tidak seimbang, muatan yang kecilpun seperti 109 C dapat mengakibatkan gaya yang besar.

Tetapan k sering dinyatakan dengan konstanta lain yang disebut permitivitas ruang hampa o. Hubungan antara k dengan o dinyatakan dalam persamaan: k= sehingga persamaan di atas menjadi:

F= x
Contoh soal :  
Berapakah gaya listrik yang bekerja pada elektron hidrogen oleh proton (+1,6x10-19 C) bila elektron (-1,6x10-19 C) mengelilingi proton padda jarak rata-rata 0,53x10-10m ?
Penyelesaian:
Dik :    muatan proton, q1= +1,6x10-19 C
            Muatan elektron, q1= -1,6x10-19 C
            Jarak, r = 0,53x10-10m
Dit :     F=. .  .. ?
Jawab :
F=k
F=(9x109)
F=82x10-9 N
F=8,2x10-8 N

F.     Induksi Listrik
Induksi listrik adalah peristiwa pemisahan muatan pada suatu benda karena pada benda tersebut didekati benda lain yang bermuatan listrik.
Benda netral didekati benda bermuatan negatif, maka muatan-muatan negatif benda netral tertolak menjauh, sedangkan muatan-muatan positif mendekati benda yang menginduksi.
Listrikstatis8.jpg
Gbr 10. (a) Benda netral dan negatif
Benda netral didekati benda bermuatan positif, maka muatan-muatan positif benda netral tertolak menjauh, sedangkan muatan-muatan negatif mendekati benda yang menginduksi.
Listrikstatis9.jpg
Gbr 10 (b) benda netral dan positif
G.    Elektroskop
Elektroskop adalah alat/piranti yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya muatan listrik pada suatu benda. Di dalam sebuah peti kaca terdapat dua buah daun elektroskop yang dapat bergerak (kadangkadang yang dapat bergerak hanya satu daun saja), biasanya dibuat dari emas. Daun-daun elektroskop ini dihubungkan ke sebuah bola logam yang berada di luar peti kaca melalui suatu konduktor yang terisolasi dari peti.
Gambar 11 Elektroskop
Prinsip kerja elektroskop berdasarkan induksi listrik, yaitu jika sebuah benda bermuatan listrik disentuhkan kepala elektroskop maka muatan yang sejenis dengan benda bermuatan listrik tadi akan ke daun elektroskop. Akibatnya kedua daun elektroskop akan bermuatan sejenis sehingga tolak menolak(daun elektroskop membuka)
Apabila benda yang bermuatan positip didekatkan ke bola logam, maka pemisahan muatan terjadi melalui induksi, elektron-elektron ditarik naik menuju bola, sehingga kedua daun elektroskop bermuatan positip dan saling menolak (Gambar 12a). Proses demikian disebut memuati dengan cara induksi. Sedangkan, jika bola dimuati dengan cara konduksi, maka bola logam konduktor, dan kedua daun elektroskop memperoleh muatan positip, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 12b. Pada setiap kasus, makin besar muatan, maka makin lebar pemisahan daun-daun elektroskop. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa dengan cara ini, anda tidak dapat menentukan tanda muatan, karena dalam setiap kasus, kedua daun elektroskop saling menolak satu dengan yang lain. Meskipun demikian, suatu elektroskop dapat digunakan untuk menentukan “tanda muatan” jika
Gambar 12 Elektroskop dimuati (a) dengan cara induksi,
(b) dengan cara konduksi

pertama-tama pemisahan muatan dilakukan dengan cara konduksi, misalnya secara negatip, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13a. Sekarang, jika benda bermuatan negatip didekatkan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 13b, maka lebih banyak elektron diinduksi untuk bergerak ke bawah menuju daun-daun elektroskop sehingga kedua daun ini terpisah lebih lebar. Di sisi lain, jika muatan positip didekatkan, maka elektron-elektron akan diinduksi untuk bergerak ke atas, sehingga menjadi lebih negatip dan jarak pisah kedua daun ini menjadi berkurang (menjadi lebih sempit), seperti pada Gambar 13c.
Gambar 13 Elektroskop yang pertama-tama dimuati dapat digunakan untuk menentukan
tanda dari suatu muatan yang diberikan.
H.    Medan Listrik
Medan listrik adalah daerah di sekitar benda  bermuatan listrik yang masih dipengaruhi oleh gaya listrik. Medan listrik digambarkan dengan garis-garis gaya listrik.
Listrikstatis11.jpg
Gbr 14. Garis gaya listrik
Sifat-sifat garis gaya listrik :
1.      Garis gaya listrik berasal dari muatan positif menuju muatan negatif
2.      Garis gaya listrik tidak pernah berpotongan
3.      Semakin rapat garis gaya listrik,  semakin kuat medan listriknya
Untuk menghitung kuat medan listrik digunakan persamaan :
Listrikstatis12.jpg

Keterangan :
E    = Kuat medan listrik (N/C)
F    = Gaya coulomb (N)
Q    = muatan listrik (C)


PENANGKAL PETIR

Batang logam penangkal petir sering dipasang di atas atap rumah bertingkat atau di atas bangunan tinggi, dan dihubungkan ke dalam tanah melalui kabel logam. Penangkal petir, melindungi rumah dan bangunan tinggi tersebut dari kerusakan oleh energi listrik yang besar di dalam petir. Penangkal petir ini menyediakan suatu jalan aman, atau pentanahan, agar arus listrik petir mengalir masuk ke dalam tanah, bukan melewati rumah atau bangunan lain. Pernahkah anda melihat penangkal petir? Pernahkah anda melihat bangunan tinggi yang dilengkapi dengan penangkal petir seperti Gambar 15. Penangkal petir itu merupakan contoh pengosongan muatan statis yang tidak menimbulkan kerusakan.
Gambar 15
Pada saat terjadi petir, pengosongan listrik
statis dari bagian bawah awan yang bermuatan
ke Bumi akan melewati batang penangkal petir
ini. Muatan listrik akan mengalir ke bawah
dengan aman melalui kabel logam tersebut, dan
masuk ke dalam tanah.
 
I.       Manfaat Listrik Statis dalam Kehidupan Sehari-hari
Gejala listrik statis dimanfaatkan dalam aplikasi sebagai berikut.
1.      Generator Van de Graff
Generator Van de Graff menggunakan prinsip listrik statis yang mampu menghasilkan tegangan sangat tinggi, yakni sekitar 20.000.000 volt, dengan gesekan yang ditimbulkan karet dapat menggerakkan generator.
2.      Cat semprot.
Agar mobil dapat dicat dengan rata, maka badan mobil diberi muatan listrik yang berbeda dengan muatan listrik pada cat. Dengan demikian cat dapat menempel kuat dan merata pada mobil.













BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah pembahasan listrik statis dapat ditarik kesimpulan diantaranya :
1.      Listrik statis (electro static) merupakan keadaan suatu benda yang mengandung muatan listrik dalam keadaan statis (diam)/tidak mengalir.
2.      Perbedaan atom netral, positif, dan negatif :
a)      Bila di dalam intinya terdapat muatan positif(proton) yang jumlahnya sama dengan muatan negatif (elektron) pada kulitnya maka disebut atom netral.
b)      Bila jumlah muatan positif(proton) pada inti lebih banyak daripada muatan negatif(elektron) pada kulit atom yang mengelilinginya maka disebut atom positif.
c)      Bila jumlah muatan positif(proton) pada inti lebih sedikit daripada jumlah muatan negatif(elektron) pada kulit atom maka disebut atom negatif.
3.      Benjamin franklin mengatakan muatan listrik ada dua yaitu muatan positif dan negatif. Adapun sifat-sifat muatan listrik yaitu :
a)      Dua muatan yang sejenis apabila didekatkan maka akan tolak menolak
b)      Dua muatan yang tidak sejenis apabila didekatkan maka akan tarik menarik
4.      Pada tahun 1785 Charles Agustin Coulomb melakukan percobaan dan ia menyimpulkan bahwa: “Besarnya gaya tarik menarik atau tolak menolak antara dua benda bermuatan listrik sebanding dengan besar muatan masing-masing dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda”.
Secara matematis dituliskan : F = k.
5.      Gaya listrik dapa mempengaruhi muatan listrik pada sekitar medan listrik. Garis-garis gaya listrik selalu berasal dari muatan positif menuju muatan negatif. Garis-garisnya tidak pernah berpotongan serta semakin rapat garis gaya maka semakin kuat medan listriknya.
6.      Ada pun manfaat dan penerapan listrik statis dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
a)      Pada Generator van de Gaff
b)      Pada cat semprot
c)      Mesin Foto Kopi, dll.
B. Saran